Kalo nggak salah di Jakarta lagi rame pemilihan calon Gubernur Jakarta yah? liat di TV aja sudah mulai bermunculan iklan kampanye para calon gubernur. Nah apa lagi di jalan-jalan umum kota Jakarta kali yah udah banyak bertebaran kampanye para calon Gubernur mulai dari Baligho, Spanduk, atau Poster. Ngomongin tentang kampanye para calon gubernur nih, nyadar nggak sih bahwa saat ini ada sesuatu hal yang mulai berubah salah satunya dengan kemunculan Social Media? bener nggak kalo kemunculan Social Media khususnya Twitter kini menjadi salah satu tools media kampanye yang tidak luput dari bidikan sang calon gubernur.
Nah disini saya nggak akan bahas dalam konteks politiknya yah, namun lebih pada fenomena penggunaan Social Media Twitter sebagai media campaign. Selanjutnya munculah sebuah pertanyaan besar kenapa ya kira-kira mereka menggunakan social media twitter sebagai salah satu channel public campaign mereka bahkan menjadikannya sebagai main public campaign media? yuk kita bahas bareng-bareng.
Semua kembali pada fakta angka bahwa internet user di Indonesia semakin membengkak dari tahun ke tahun salah satunya social media twitter yang sudah mendekati angka 9 juta user (mohon dikoreksi bila ada perbedaan data). Semakin menarik ketika angka 9 juta ini mayoritas di dominasi oleh usia muda (produktif) yang notabene bisa disebut para calon generasi muda penerus, dimana mereka diharapkan bisa menjadi bagian dari penentuan nasib kota yang mereka huni saat ini. Tidak perlu saya jelaskan secara detail nampaknya kita bisa menyimpulkan benang merah antara dua fakta tersebut dengan public campaign via twitter.
2. Low Cost
Social media seringkali disebut sebagai media “low cost high impact” dimana dengan budget yang minim bahkan almost zero bisa menghasilkan dampak yang besar. Nah low cost disini untuk kasus public campaign para calon gubernur ini saya gambarkan jika sebelumnya mereka menggunakan media campaign konvensional sepeti sebut saja TV, Baligho, Spanduk, Poster bisa kita bayangkan berapa banyak budget yang harus mereka siapkan? belum lagi kita sebut saja cost produksi, operasional & maintance, pajak. (Walaupun tetap media utama sepertinya masih akan didominasi media kovensional jika mengacu pada demografi dari penduduk di wilayah jakarta).
Social media twitter juga disebutkan sebagai media yang memungkinkan adanya interaksi (Two Way Communication), nah mungkin ini juga yang menjadikan social media twitter lebih unggul dari pada media konvensional yang sudah saya sebutkan sebelumnya sepeti TV, Baligho, Spanduk, atau Poster yang lebih bersifat satu arah (One Way Communication). Media public campaing yang sifatnya dua arah atau memungkinkan adanya interaksi antara pemilik account dengan follower akan lebih bernilai dikarenakan sifatnya lebih dinamis.
Nah kelebihan lainnya dari social media twitter selain menawarkan komunikasi yang lebih dinamis dibandingkan media konvensional lainnya yang sudah saya bahas, social media twitter juga memungkinkan terbentuknya sebuah komunitas (community enggagement), jika sudah terbangun community enggagement antara follower dan calon gubernur maka sudah dipastikan akan semakin mudah effort mengkonversi mereka (follower) menjadi nilai suara bagi calon gubernur tersebut saat pemilihan. Sederhanya bagaimana para calon gubernur ini menjadikan social media twitter tidak hanya sebagai media public campaign saja namu juga menjadikan social media twitter ini sebagai sebuah wadah yang bisa menampung aspirasi, kritik, saran (interaksi)
Faktor lainnya yang menjadi alasan kenapa social media twitter dijadikan senjata sebagai media public campaing para calon gubernur adalah efek viral mode. Perlu kita sepakati bersama bahwa social media ini memiliki salah satu sifat yang namanya “viral” dalam artian tidak bisa dikontrol peredarannya dan percepatan infromasinya baik yang sifatnya positif maupun negatif. Dampak positifnya bagi para calon gubernur adalah social media twitter ini bisa menjadi media efektif bagi mereka dalam berkampanye menyebarluaskan informasi secara cepat dan meluas. Sedangkan dampak negatifnya adalah jika mereka dihadapkan kepada sebuah berita atau informasi yang menyudutkan atau cenderung negatif maka dalam waktu singkat juga akan berdampak pada simpati dan opini publik (public opinion). Kuncinya disini adalah kembali kepada bagaimana mempersiapkan “powerfull content of information or news & persuasive copywriting”.
No comments:
Post a Comment