May 24, 2009

KOMPETITOR LEBIH KUAT?
SIAPA TAKUT???


Apa yang biasanya kita lakukan bila melihat pergerakan competitor kita lebih agresif? Apa yang kita rasakan jika competitor kita mulai menguasai market?Bagaimana jika konsumen mulai beralih ke produk competitor? Atau sebagai new entry di industri, kita belum bisa menyaingi competitor utama dan jika kita tidak melakukan pergerakan maka bisnis kita akan hancur seiring dengan berjalannya waktu, sedangkan competitor utama semakin kuat?

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran competitor di industri yang kita geluti mau tidak mau sangat berpengaruh pada kelangsungan bisnis kita. Itulah kenapa competitor menjadi salah satu komponen yang sangat penting untuk diriset dan dipalajari secara detail dalam penyusunan strategi perusahaan untu bisa sukses.

Mari kita lihat beberapa jenis competitor yang mungkin menjadi ganjalan bagi perusahaan untuk bisa sukses.
  1. Potential Competitor, yaitu competitor yang bergerak di industri yang sama, punya produk yang sejenis dengan produk yang kita buat.
  2. Latent Competitor, yaitu competitor yang pergerakannya perlahan tapi pasti. Bisa saja dia memproduksi barang yang sama dengan kita, namun cara memasarkannya tidak melalui iklan atau media above the line lainnya. Tapi lambat laun jika competitor ini sudah punya pelanggan yang loyal dan mau memasarkan produknya ke orang lain, maka bukan tidak mungkin posisi kita akan terancam. Kalau dari pengamatan saya, competitor seperti ini ada pada perusahaan yang punya modal tidak terlalu besar/perusahaan kecil.
  3. Substitute Competitor, yaitu competitor yang produknya beda dengan kita tapi jadi substitusi dari produk kita. Misalnya, produk sabun detergen, substitusinya adalah sabun colek. Walaupun tidak berhubungan langsung, tapi produk ini juga lambat laun bisa menggeser posisi kita di pasar. Lagi-lagi berdasarkan pengamatan saya, pengaruh kondisi ekonomi berperan sangat besar terhadap pergerakan competitor ini. Misalnya, karena ada krisis ekonomi orang-orang lebih memilih sabun colek dibanding sabun detergen, karena selain harganya lebih murah, sabun colek juga cenderung multifungsi, tidak hanya untuk mencuci pakaian saja, tapi juga bisa untuk mencuci piring dan alat-alat dapur.
Namun terkadang perusahaan lebih memperhatikan pergerakan Potential Competitor dibandingkan dengan dua jenis competitor yang lain. Dan kebanyakan untuk mengalahkan Potential Competitor perusahaan tidak tanggung-tanggung mengeluarkan cost yang banyak. Apakah itu untuk promosi, iklan, event, dan sebagainya. Pokoknya yang penting bisa mengalahkan competitor utama deh…

Padahal ada banyak cara untuk mengalahkan atau menyaingi Potential Competitor tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Asalkan kita punya strategi yang cerdik dan tidak terpikirkan oleh siapapun atau bahasa kerennya out of the box.

Terinspirasi dari buku “BuzzMarketing” yang ditulis oleh Mark Hughes, yang menceritakan persaingan antara Coca Cola dan Pepsi. Dimana Pepsi mampu menemukan cara menyaingi angka penjualan Coca Cola dengan cara yang unik, cerdik, namun tidak banyak menghabiskan biaya. Bahkan menurut Mark Hughes, Pepsi telah melakukan hal cerdik yang tidak biasa terhadap suatu masalah. Kecerdikan dan keberanian itulah yang menjadi dasar kokoh URAT NADI pemasaran lisan.

Masih menurut Hugnes, berkaitan dengan kasus Coca Cola dan Pepsi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bisa mengejar dan menyaingi competitor utama, yaitu :

1. Menjadi bahan perbincangan.
Ciptakan word-of-mouth di masyarakat yang menjadikan kita dibicarakan banyak orang. Pepsi sudah melakukannya, yaitu dengan melakukan blind test, dimana beberapa orang dipilih untuk merasakan Pepsi dan Coca Cola tanpa mencantumkan merknya. Hasilnya adalah Pepsi ternyata rasanya lebih disukai dibandingkan Coca Cola. Hal ini tentu saja menjadi perbincangan, karena pada saat itu angka penjualan Coca Cola sangat jauh lebih tinggi dibandingkan Pepsi. Namun karena adanya fakta bahwa Pepsi rasanya lebih enak dibandingkan dengan Coca Cola, maka angka penjualan Pepsi mampu menyaingi Coca Cola, bahkan setelah adanya blind test tersebut angka penjualan Pepsi terpaut sedikit dengan angka penjualan Coca Cola.

2. Melakukan hal yang cerdik dan tidak biasa
Cara Pepsi untuk menyaingi Coca Cola adalah dengan melakukan blind test, dalam hal ini konsumen merasakan langsung, Cola mana yang lebih enak di lidah. Ternyata sebagian besar memilih Pepsi. Hal ini menjadi fakta yang tidak bisa dipungkiri karena semua orang merasakan sendiri bahwa Pepsi rasanya lebih enak dibandingkan Coca Cola.

3. Tetap waspada ketika competitor utama sedang “tertidur lelap”
Ini berkaitan dengan peluang yang bisa kita ambil untuk bisa menyaingi competitor utama kita. Pada saat competitor utama merasa bahwa produknya paling banyak dibeli oleh konsumen dan dia tidak melakukan aktivitas apapun, maka jangan sia-siakan kesempatan untuk memikirkan cara dan strategi yang cerdik untuk bisa membangunkan competitor utama kita dari “tidurnya”. Tampak menyenangkan bukan melihat competitor utama kita kelabakan melihat aktivitas yang kita lakukan?hehe…

Seperti kata Mark Hughes, untuk bisa mengalahkan competitor utama kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar, apalagi dihabiskan untuk beriklan, karena belum tentu membawa feedback yang besar. Maka ciptakan langkah dan strategi yang sederhana namun bisa menjadi solusi dalam memecahkan masalah kita.

No comments: