May 24, 2009

COMPANY IMAGES,
ADA APA AJAH YAH


Menunggu memang tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan ya, sekalipun kita menunggu sebuah kesenangan. Hehee! Janjian berkumpul dengan gank sewaktu kuliah memang bisa dipastikan ada moment “tunggu-menunggu”. Untungnya kami janjian di sebuah restaurant yang menyediakan berbagai majalah dan tabloid. Salah seorang teman saya kebetulan membaca sebuah artikel yang memuat aktivitas CSR salah satu perusahaan besar di Indonesia. “Ah, CSR gini sekarang mah lebih ke pembangunan image perusahaan aja ya say, unsure social atau responsibility-nya sih kadang jadi kamuflase aja! Ujung-ujungnya, malah intinya, pengen image perusahaan bagus di publiknya!”, ujar teman saya tersebut.

Hhmmm…iya nggak ya? Hahaaa…yah cuma perusahaan lah yang bisa jawab. ;p Tapi kalau dipikir-pikir ya memang ada unsure itunya juga sih pasti. Tidak bisa dipungkiri dalam setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan, otomatis akan terbentuk image mengenai perusahaan tersebut di publiknya.

Image pada dasarnya dapat terbentuk dengan sendirinya ataupun sengaja dibentuk oleh perusahaan itu sendiri. Ngomong-ngomong soal image, walaupun sudah setiap managemen perusahaan sadar akan pentingnya pengawasan dan pengamatan terhadap image apa yang terbentuk di public, tapi saya yakin belum banyak yang tahu bahwa citra memiliki beberapa jenis. Menurut Frank Jefkins, jenis-jenis citra tersebut antara lain :

1. The Mirror Image
Image jenis ini merupakan perkiraan atau dugaan internal perusahaan, dalam hal ini managemen, mengenai image apa yang sepertinya tertanam di publiknya. Jadi yang ditekankan disini adalah image ini hanya berupa asumsi semata yang dibentuk oleh internal, bukan fakta yang sesungguhnya terjadi di public mengenai perusahaan atau brand-nya. Misalnya nih, suatu Toko Baju A merasa bahwa image yang ada di public mengenai tokonya adalah toko yang up to date dan ekslusif. Di internal mungkin managemen melakukan berbagai cara untuk membentuk image itu, namun tanpa disadarinya belum tentu image seperti itu yang didapatkan oleh customernya. Bisa saja suatu saat customer mendapatkan bahwa baju yang dibeli dari Toko A tersebut sama persis dengan baju yang dipajang di Toko B, nah image ekslusif itu otomatis hilang kan?

Walaupun tidak selalu mirror image ini berlawanan dengan image yang tertanam di public sebenarnya, namun probabilitas kesalahannya sangat besar. Salah satu cara yang harus dilakukan untuk menghindari hal itu ya re-checking ke customer atau public. Kita bandingkan apakah yang diperkirakana internal perusahaan sama dengan yang terjadi di lapangan atau tidak. Sebagai professional tentu kita tahu lah yah, asumsi itu sangat tidak baik dijadikan acuan, Data dan fakta adalah segalanya.

2. The Current Image
Kebalikan dari mirror image, image jenis ini justru berasal dari public (eksternal perusahaan). Jadi ini merupakan image yang terbentuk di public mengenai perusahaan atau brand. Image seperti ini biasanya didapatkan dari apa yang pernah mereka dapatkan atau alami selama berinteraksi dengan perusahaan/ brand, maupun atas informasi dari orang lain. Misalnya, saat saya mencoba sebuah coffe shop yang baru saja dibuka, saya menemukan ambience yang sangat nyaman untuk digunakan berkumpul dengan teman-teman, mengobrol, tidak lupa sambil bergosip (eh, yang terakhir sih selingan saja kok! Hehee!).

Saya langsung membentuk image tersendiri mengenai coffe shop tersebut, yaitu tempat ngopi yang sangat cozy dan anak muda sekali. Image ini tergantung dari apa yang diberikan perusahaan kepada public/ customernya. What they get is what they think. Jadi image yang terbentuk bisa saja negative jika konsumen mendapatkan pengalaman nergatif saat mengunjungi coffe shop tersebut. Karena image ini adalah kesimpulan sendiri, maka perusahaan juga harus mencocokkannya dengan image yang sesungguhnya ingin ditanamkan perusahaan di publiknya. Jangan-jangan nggak sama! Selalu kroscek image menjadi salah satu langkah yang bisa dilakukan agar imagenya seragam.

3. The Wish Image
Seperti namanya, image jenis ini merupakan image yang ingin dibentuk oleh perusahaan di publiknya. Simple-nya sih image yang diharapkan ya!. Perusahaan baru wajib nih memikirkan dan menetapkan lebih dulu image seperti apa yang ingin ditanamkan di public sebelum bisnis muali berjalan. Tapi jangan salah, perusahaan yang sudah berjalanpun mempunyai image jenis ini. Perusahaan manapun pasti menginginkan kemajuan atau pengembangan bisnis bukan? Nah wish image ini bisa dijadikan sebagai “objective” baru untuk bisa lebih maju lagi. Misalnya nih ya, sekarang perusahaan kamu memiliki image sebagai perusahaan yang hi tech dan selalu inovatif.

Lalu managemen ingin menanamkan juga image bahwa perusahaan kamu adalah perusahaan yang hi tech, inovatif, dan peduli lingkungan. Disini berate seluruh komponen perusahaan harus menyusun dan melakukan program-program yang menunjukkan aktivitas peduli lingkungan. Misalnya dengan menggunakan mesin-mesin atau alat elektronik yang ramah lingkungan, pemberdayaan ulang limbah perusahaan, melakukan penghijauan, dll. Dengan begitu diharapkan the wish image itu tidak hanya sekedar menjadi ‘wish’ semata, namun menjadi kenyataan. Jadi wish image ini bisa menjadi miotivasi bagi perusahaan untuk selalu lebih maju hari demi hari.

4. The Multiple Image
Nah kalau image jenis ini, secara garis besar merupakan image yang terbentuk mengenai perusahaan berdasarkan individu atau anak cabang atau perwakilan perusahaan di lokasi yang berbeda. Lebih mudah dipahami dengan penggambaran. Misalnya nih, Supermarket A mempunyai wish image yang ingin ditanamkan di seluruh publiknya, dan Supermarket tersebut memiliki puluhan cabang yang tersebar di seluruh Bandung. Cabang di Jalan Dago mungkin saja berhasil menanamkan image tersebut, tapi ternyata Cabang di Jalan Padjadjaran gagal menanamkannya.

Faktor yang menentukannya adalah keseluruhan komponen yang terdapat di setiap cabang, mulai dari managemen, karyawan, kasir, pramuniaga, satpam, hingga lay out/ dekorasi bahkan ketersediaan barang juga sangat mempengaruhi pembentukan imagew. Jika semua komponen tidak seragam, maka sangat wajar jika terbentuk multiple image di publiknya. Image yang terbentuk di cabang A dan Cabang B berbeda, tidak seragam dan tidak mencerminkan image seluruh cabang. Image ini bisa membingungkan customer pada akhirnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah ditetapkannya standarisasi dan SOP yang jelas dari pusat dan mutlak harus dilakukan oleh seluruh cabang.

Dengan mengetahui jenis-jenis image ini diharapkan managemen mampu mengawasi dan membentuk image yang seragam dan sesuai karakter perusahaan/ brand. Hal yang harus diingat adalah pembentukan image ini sama sekali tidak dapat dibentuk hanya oleh managemen atau front liner semata, namun sebuah kerjasama yang solid dari seluruh komponen perusahaan. Yah, semoga saja image perusahaan kamu di public sudah sesuai dengan image yang ingin dibentuk perusahaan ya! Ingat, harus seragam juga lho!=)

No comments: