Dec 11, 2011

Selingkuh “Brand Switching”



Demikian banyaknya tempat makan Ramen di bandung, pilihan saya akhir-akhir ini selalu saja kembali ke Daiji Raamen. Apakah memang tempat makan Ramennya paling enak? Enggak juga sih, ada yang lebih enak sebetulnya yang dulu juga menjadi tempat favorit saya (nurut gua), namun sejak kenal Daiji, saya lebih memilih beralih ke brand ini karena “nilai” yang brand ini berikan dari sisi rasa dan harga terbaik bagi saya.

Nah begitupun jika memilih tempat makan dimsum, dahulu saya cukup setia dengan satu brand, namun sejak munculnya Paradise dengan konsep discountnya saya lebih memilih beralih ke brand ini, bukan karena discountnya (ada juga sih dikit) namun value “harga + rasa” yang diberikan jauh lebih worthy buat saya.

Dahulu saya selalu merekomendasikan kedua tempat tersebut walaupun sedikitpun tidak ada “benefit” atau CRM yang saya dapatkan dari dua brand tersebut baik itu discount, ucapan selamat, member card dan semacamnya, mengajak setiap teman dan tamu datang ke tempat tersebut, namun sekarang semua sudah berubah, saya “berkhianat” ke brand lain.

Menarik bukan, loyalitas terhadap brand yang selalu menjadi pilihan dan direkomendasikan kemudian hilang digantikan oleh brand lain.

Pandangan saya pribadi, setidaknya ada dua hal yang membuat loyalist brand akhirnya pindah ke brand kompetitornya walaupun pada dasarnya tidak ada sebuah “kasus” khusus di mana memaksa konsumen tersebut pindah, yah seperti contoh di atas, basically saya sedang dan memang tidak dikecewakan oleh brand pertama tersebut kok.



Pertama Value

Buat saya ini faktor yang paling penting mengapa seorang konsumen loyal  berpindah dari satu brand ke brand kompetitornya. “nilai lebih” menjadi dasar penting bagi setiap brand untuk bersaing ditengah ketatnya kompetisi saat ini. Apalagi bila brand Anda adalah follower atau new comer, nilai lebih jelas menjadi hukum wajib untuk di deliver ke target market.

Pada kasus Ramen di atas, rasa memang menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi seseorang dalam mengkonsumsi sesuatu apalagi yang tidak bermasalah dengan harga, namun ketika Anda me-launch sebuah brand baru, pastikan Anda memberikan “nilai tambah” selain rasa (tentu lakukan dulu sampling dan riset untuk urusan rasa ini) kepada calon konsumen Anda yang mungkin saja sudah loyal dengan sebuah brand sebelumnya, misal dengan harga yang lebih murah, program yang menarik dan layanan yang lebih personal.

Daiji dalam contoh kasus saya di atas memberikan ”nilai lebih” harga yang 30 persen lebih murah, program yang cukup menarik (discount 15 persen pada senin-jumat bila nge tweet dan mention @daijiraamen), refil ocha (minuman khas jepang) serta layanan yang ramah (pelayanan melayangkan sapaan ketika kita masuk, menanyakan bagaiamana kualitas makanannya dan yang terpenting senyum). Ditambah rasa yang juga enak, jadinya secara total nilai Daiji lebih menjadi pilihan dan memberikan alasan untuk saya beralih ke brandnya.

Kedua Relationship

“Pasangan yang udah nikah ajah bisa selingkuh bro, apalagi kita konsumen” hehe, saya jadi teringat ucapan sahabat saya di atas. Apa sih yang menyebabkan selingkuh, cerai ataupun kita putus dengan pasangan kita? Faktor utama mungkin adalah “hubungan” yang sudah tidak harmonis lagi akibat salah satu atau kedua pihak sudah tidak atau bahkan tidak mau mencoba untuk memberikan dan memaintain hubungan tersebut karena satu dan lain hal hehe.

Konsumen, walaupun tampak setiap dan loyal kepada brand tetap adalah manusia yang punya perasaan, faktor rasa dalam kasus di atas tidak cukup untuk terus membuat seseorang loyal apalagi kategori brand dan kompetisi di dalamnya cukup tinggi, dengan kata lain produk sejenis cukup banyak yang bertarung di dalamnya. Ketika bran Anda tidak memberikan “perhatian” yang lebih atau sekedar cukup kepada konsumen loyal brand Anda, tinggal tunggu waktu konsumen loyal tersebut “selingkuh”.

Saya walaupun sangat loyal dengan 2 brand sebelumnya namun entah kenapa tidak pernah mendapatkan sentuhan “hubungan” dari kedua brand tersebut. Datang ga pernah dapet discount, member card entah ada entah enggak, kenal nama juga enggak dan mungkin ini juga berlaku untuk semua konsumennya haha (atau memang gua ajah yah ga dianggap konsumen “bernilai” hehe).  Yah kalo sudah begitu tidak salah memang jika konsumen loyal menjadi selingkuh, lagian please deh mosok sih ga ada CRM sama sekali (jaman begini, hadohh tepok jidat).

Yah begitulah sedikit cerita tentang “selingkuh” brand, mengisi malam minggu ini hehe, semoga bermanfaat dan kita segera menambah dan membuat program “nilai lebih” untuk konsumen kita.

Creative Sales

Sumber gambar
syamsazahra.wordpress.com
davidwygant.com

1 comment:

Daiji Raamen said...

Masukan yang sangat membantu, kami tidak mengira ada artikel ini, dan kami terlambat 3 tahun untuk membaca hal ini, kami percaya bahwa CRM merupakan hal yang sangat penting bagi kami, terima kasih atas masukannya. Mohon maaf jika kami sempat mengecewakan penulis akan kurangnya CRM di bandung.

Best Regards,

Management Daiji Raamen