Minggu lalu,
timeline twitter saya dipenuhi dengan beberapa komentar yang membahas sinetron
Indonesia. Yah.. sebagian besar dari komentar2 tersebut memang bernada
negative. Tidak terlalu menyukai kualitas dari acting para pemainnya dan juga
alur cerita yang mudaj sekali ditembak ending nya. Hmmmm… tapi mari kita tidak
menambah pembahasan negative untuk ‘produk ‘ tayangan televise yang cukup
disukai di Indonesia ini. Saya lebih tertarik untuk membahas “sinetron” ala
luar negeri, ya.. yang saya maksud dengan sinteron ala luar negeri adalah
“serial” yang jika dihitung jumlahnya cukup banyak, dan terbagi dalam beberapa
“genre”. Untuk kali ini saya ingin membahas salah satu serial yang sebenarnya
menjadi favorit saya, yaitu CSI: Crime Scene Investigation.
Sesuai namanya,
jika kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, serial ini berkisah tentang
kisah seputar divisi forensik, yaitu penelitian yang menyelidiki dan menarik
kesimpulan penyelesaian sebuah kasus melalui bukti-bukti fisik, baik itu sidik
jari, DNA, golongan darah, dll. Serial yang di buat oleh Anthonny E. Zuiker ini
awalnya hanya terdiri dari 1 buah serial, yaitu CSI yang bersetting lokasi
kehidupan malam Las Vegas, tentu saja juga berlatar belakang kehidupan
orang-orang di Las Vegas.
Sampai saat tulisan ini dibuat CSI: Las Vegas sudah sampai pada Season 11, dimana setiap season nya terdiri lebih dari 20 episode. Bahkan karena secara rating cukup bagus, sampai-sampai serial ini dibuat spin off nya, yaitu CSI: Miami dan CSI: New York, yang saat ini juga sudah sampai dengan season 9 (untuk CSI: Miami) dan season 7 (untuk CSI: New York).
Secara garis
besar CSI memang “memotret” kisah tentang polisi yang juga berperan menjadi
peneliti, bagaimana cara mereka bekerja, metode dan analisa seperti apa yang
mereka lakukan sangat lengkap dan mudah dipahami bahkan oleh orang awam seperti
saya. Nah pertanyaan kemudian kok
menarik dan laku yah? (ya saya berasumsi laku tentunya bila melihat Spin off
dan jumlah seasonnya yang luar biasa lama). Coba yuk kita diskusikan dari sudut
pandang marketing.
1. Pendekatan yang unik (Differentiation)
Dalam membuat dan memasarkan sebuah brand terkadang kita perlu
untuk mengambil sudut pandang yang cukup signifikansi berbeda dari brand yang sudah ada di
pasar. Begitu juga yang di lakukan oleh creator CSI ini, disaat sebagian besar
serial mengambil pendekatan drama, kepolisian, dll, sang creator menggabungkan
peran kepolisian dan forensik. Sebuah pendekatan yang unik menurut saya karena
saat itu belum ada yang bercerita penyelesaian kasus kejahatan ditarik dari
sudut pandang forensik. Yah walaupun
memang cukup ribet memahami istilah-istilahnya hehe.
2. Tema yang cukup fokus (Single Message)
Jika ingin brand bertarung di sebuah “kolam” besar, maka untuk
merebut perhatian kita butuh pembedadan konsisten melakukan perbedaan yang kita
miliki. Saya kira serial ini sangat fokus dan konsisten untuk menjada sudut
pandang dari forensic, sehingga dia sangat fokus dan dapat meningkatkan keterikatan
penonton setia nya untuk selalu menunggu-nunggu kelanjutan dari serialnya.
3. Alur cerita yang
tidak dipaksakan memanjang (Content)
Saya kira hal ini sangat penting untuk
dicermati, mengingat terkadang demi kepentingan bisnis jangka panjang, sebuah
serial yang cukup sukses seringkali dibuat lebih panjang agar dapat meraup
keuntungan lebih banyak tanpa memperhatikan kualitas cerita nya. Saya kira CSI cukup
cermat untuk tidak membuat cerita nya terlalu memanjang. Di beberapa episode
memang ada yang bersambung dan juga ada beberapa kasus yang menggantung, namun
biasanya tetap akan diselesaikan kasus nya, dan tidak dibiarkan menggantung
terlalu lama
Nah balik lagi
bagaiamana dengan serial/ sinetron di indonesia? (ngomong-ngomong sama ga sih
antara serial dan sinetron istilah di indonesia?).
Creative Sales Copyright
Sumber gambar:
buddytv.com
No comments:
Post a Comment