Sep 8, 2011

Yang Penting Hoki, Buat Apa Bisnis Model?



“Marketing itu adalah kerja keras, kreatif, perpikir taktis dan Hoki, ga perlulah dengan semua teori,-teori dan model-model gitu bro, cuma  bikin pusing ajah dan malah bikin kita banyak mikir dan lambat dalam bergerak.” Haha, komentar seperti ini bukan sekali dua kali masuk ketelinga saya dari partner bicara saya. Komentar yang menempatkan teori, model sebagai faktor “penghambat” untuk perkembangan.

Saya sih basically ga terlalu ingin berdebat dengan topik seperti itu apalagi memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga orang yang “berpikir” brand bisa sukses tanpa teori atau model marketing yang tumpah ruah saat ini, modalnya yang seperti yang dikatakan teman saya tadi, kerja keras, kreativitas, taktis dan Hoki, walaupun tentunya banyak lagi faktor-faktor sukses lainnya yang tidak tersebut olehnya seperti SDM, system, kepemimpinan dan sebagainya. Namun bila bicara memulai bisnis, rasanya empat hal tersebut adalah hal yang paling relevan “menurut sebagian orang”.

Ok coba saya lanjutkan pembicaraan saya “bro, khan tuh model-model juga dibikin berdasarkan pengalaman dan riset dibanyak perusahaan yang sudah sukses ataupun belajar dari yang gagal, sehingga memudahkan pebisnis-pebisnis yang baru untuk belajar bagaimana bisa sukses dan menghidari kegagalan”, “iya sih bro, cuma khan tetap saja tanpa kerja keras, kreatifitas, taktis dan hoki mana mungkin bisnis bisa berhasil”,  wkwk, nih kalo dilanjutin bisa kaya ayam ama telor debatnya (anyway sudah tahu belom ilmuwan sudah membuktikan duluan ayam dari telor *gapenting*)

Buat saya yang berkerja di dalam industri brand dan marketing, model kadang kala sangat diperlukan sebagai penunjuk arah dalam menjawab data dan fakta yang kita temui di awal sekaligus menutupi kesenjangan pengetahuan kita terhadap klien yag dihadapi. Coba saja bayangkan ketika kita berhadapan dengan orang yang sudah lama di dalam sebuah industri, sudah makan asam garam terhadap bisnis tersebut, bagaimana kita bisa mengimbangi pembicaraan yang terjadi bila kita tidak memiliki model?

Ya begitupun sebaliknya, ketika kita memulai bisnis, tentu saja di dalamnya kita akan berhadapan dengan pesaing baik langsung maupun tidak langsung, konsumen yang sulit diprediksi tingkah lakunya dan lingkungan sekitar bisnis kita kelak yang mungkin akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan bisnis kita, bagaimana kita bisa menghadapi semua itu dan bersiap dengan kemampuan terbaik kita tanpa model yang nota bene bisa dikatakan sebagai sebuah gambaran?

Ada ingin buka restaurant katakanlah, tentu saja Anda membutuhkan model-model pemasaran yang tepat untuk sebuah restaurant, konsumen, pesaing dan sebagainya sehingga dengan model tersebut kita bisa memetahkan seperti apa strategi dan program restaurant kita untuk bisa sukses. Coba anda bayangkan tanpa model, yah paling-paling berakhir dengan feeling, kreatifitas, kerja keras yang tanpa arah. Sukses atau tidak yah lihat ajah ntar, seperti itu kha?

So, saya pikir akan selalu penting kita untuk belajar literaur-literatur luar yang menampilkan model-model bisnis, marketing, branding dan apapun itu untuk menjadi semacam kompas dan pijakan dalam menentukan arah dan kebijakan dalam sebuah bisnis, yah tentu jangan pulah kemudian menjadi model tersebut dijadikan patokan mati sehingga menutup kreatifitas dan inovasi hanya gara-gara tidak sesuai dengan model yang kita anut. Prinsipnya setiap bisnis pasti punya model yang tepat untuk berhasil tapi yang pasti selalulah ingat, tidak ada model pasti berhasil untuk semua bisnis bahkan dalam kategori product yang sama sekalipun.

Semoga tulisan ringan menutup sore ini sedikit menjadi “sesuatu” yang memberikan inpirasi hehe.

Sumber Gambar antoix.wordpress.com

No comments: