Apakah Anda pernah mengeluarkan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah untuk memasang iklan? Dan Anda tidak yakin berapa rupiah penjualan yang Anda peroleh dari iklan tersebut? Jangan teruskan kebiasaan buruk memasang iklan tanpa memperhitungkan hasilnya ini. Hanya dengan menguji dan mengukur efektivitas iklan, Anda bisa memaksimalkan hasil dari iklan yang Anda pasang.
Tes dan ujicoba iklan, bisa kita lakukan dengan menguji naskah iklannya, judul iklan, format iklan atau tempat dan media beriklan. Dengan melakukan tes iklan , kita bisa mengukur angka penjualan atau tingkat respon pembaca. Dan kita bisa mendapatkan format atau rumus iklan yang paling efektif. Dengan menggunakan format dan metode iklan yang sudah teruji keberhasilannya, akan meningkatkan kesuksesan iklan berikutnya.
Lalu, bagaimana caranya ya? Salah satunya, dengan menciptakan iklan yang memungkinkan respon langsung dari audience, atau biasa disebut Iklan Respon Langsung. Dengan melihat respon dari pembaca iklan, tentu sangat mudah menghitung berapa banyak iklan yang terbaca. Atau dari mana saja, datangnya respon iklan kita. Bahkan, kita bisa menciptakan beberapa versi iklan untuk menjual produk yang sama. Misal, iklan versi A dipasang di koran X. Iklan versi B dipasang di koran Y dan iklan versi C dipasang di koran Z. Kemudian, bandingkan tingkat respon dari 3 versi iklan yang kita buat. Dari hasil tes iklan ini, kita bisa mengetahui judul iklan seperti apa yang paling berhasil menarik minat pembaca. Gaya tulisan seperti apa yang paling tepat digunakan.
Kasus nyata yang pernah saya lakukan, yaitu program iklan sebuah toko buku Islam di Solo. Suatu waktu, toko buku menyelenggarakan program diskon selama 1 bulan. Untuk mengiklankan program ini, saya mengunakan brosur ¼ folio dan spanduk rentang. Saya memanfaatkan brosur sebagai media Iklan Respon Langsung. Pada brosur, ditulis “ GRATIS Souvenir Cantik untuk 10 Pengunjung Pertama, dengan Menukarkan Brosur ini “. Nah, saya bisa melihat efektivitas iklan dari pengunjung yang datang ke toko buku untuk menukarkan brosur dengan souvenir. Bahkan saya bisa tahu darimana pengunjung ini mendapatkan brosur tersebut, karena saya menulis kode untuk setiap tempat penyebaran brosur.
Masih mau buang-buang uang untuk mengiklankan produk Anda?
Tes dan ujicoba iklan, bisa kita lakukan dengan menguji naskah iklannya, judul iklan, format iklan atau tempat dan media beriklan. Dengan melakukan tes iklan , kita bisa mengukur angka penjualan atau tingkat respon pembaca. Dan kita bisa mendapatkan format atau rumus iklan yang paling efektif. Dengan menggunakan format dan metode iklan yang sudah teruji keberhasilannya, akan meningkatkan kesuksesan iklan berikutnya.
Lalu, bagaimana caranya ya? Salah satunya, dengan menciptakan iklan yang memungkinkan respon langsung dari audience, atau biasa disebut Iklan Respon Langsung. Dengan melihat respon dari pembaca iklan, tentu sangat mudah menghitung berapa banyak iklan yang terbaca. Atau dari mana saja, datangnya respon iklan kita. Bahkan, kita bisa menciptakan beberapa versi iklan untuk menjual produk yang sama. Misal, iklan versi A dipasang di koran X. Iklan versi B dipasang di koran Y dan iklan versi C dipasang di koran Z. Kemudian, bandingkan tingkat respon dari 3 versi iklan yang kita buat. Dari hasil tes iklan ini, kita bisa mengetahui judul iklan seperti apa yang paling berhasil menarik minat pembaca. Gaya tulisan seperti apa yang paling tepat digunakan.
Kasus nyata yang pernah saya lakukan, yaitu program iklan sebuah toko buku Islam di Solo. Suatu waktu, toko buku menyelenggarakan program diskon selama 1 bulan. Untuk mengiklankan program ini, saya mengunakan brosur ¼ folio dan spanduk rentang. Saya memanfaatkan brosur sebagai media Iklan Respon Langsung. Pada brosur, ditulis “ GRATIS Souvenir Cantik untuk 10 Pengunjung Pertama, dengan Menukarkan Brosur ini “. Nah, saya bisa melihat efektivitas iklan dari pengunjung yang datang ke toko buku untuk menukarkan brosur dengan souvenir. Bahkan saya bisa tahu darimana pengunjung ini mendapatkan brosur tersebut, karena saya menulis kode untuk setiap tempat penyebaran brosur.
Masih mau buang-buang uang untuk mengiklankan produk Anda?
(Sumber Gambar: chrisandpammy.com)
No comments:
Post a Comment