Jun 2, 2008

TO Slow or TO Late


Jika kembali ke Bandung dengan menggunakan salah satu travel yang sangat terkenal saat ini yaitu X Trans saya masih selalu bingung mengapa X Trans ini dibiarkan menjadi besar begitu saja dan menikmati potensi pasar penumpang yang sangat menguntungkan. Bagaimana tidak, setiap ingin pulang saya harus terpaksa waiting list di tempat dan jangan coba-coba kurang dari tiga hari untuk memesan tempat di hari jumat siang sampai malam, dijamin Anda hanya akan mendapatkan jawaban “maaf Pak, sampai jam 10 malam sudah penuh”.

Kembali lagi, mengapa dibiarkan? Padahal bila dikaji lebih ke belakang X Trans merupakan pemain baru dalam Travel tujuan Jakarta Bandung, rasanya kalau tidak salah baru muncul setelah tol cipularang selesai dibangun dimana jarak antara Bandung dan Jakarta mampu dipotong sampai lebih dari satu jam setengah dari rute sebelumnya. Dan bila dikaji lagi sudah ada pemain-pemain yang cukup kuat dalam bidang travel atau transportasi yang muncul jauuuuuuuuuh sebelum munculnya X Trans seperti Travel X di jalan Cipaganti katakanlah dan Kereta Api Indonesia. Bahasa “dibiarkan” yang saya gunakan tentu bukan berarti Travel X dan KAI tidak menggarap pasar ini sama sekali tentunya, karena sampai saat ini jika saya perhatikan Cipaganti masih memberikan layanan ini dan begitupun kereta Api yang sudah sangat lama membuka rute ini, “dibiarkan” dalam terminologi bahasa saya adalah dibiarkan menjadi pemain kuat dan menikmati kue yang demikian besarnya.

Dari mana indikatornya, sederhana saja setiap setengah jam X Trans berani melakukan pemberangkatan baik itu sepi penumpang, dan biasanya tetap penuh dan harus waiting list untuk bisa berangkat, hal ini berbeda dengan dua nama yang saya sebut diatas, selain tripnya terbatas harga yang lebih murah malah ditawarkan kerata Api untuk keberangkatan ke jakarta yaitu sebesar 45 ribu rupiah, bandingkan dengan X Trans yang menawarkan harga langganan 50 dan harga reguler 60 ribu sebelum kenaikan BBM. Indikasi lain, coba saja survey, sebutkan travel jakarta bandung yang kamu ketahui, saya yakin top of mindnya adalah X Trans walaupun kalau mau jujur mobilnyanya juga tidak bagus-bagus amat dan ac nya suka panas he........he.

Ada beberapa hal yang penting yang dilewatkan oleh pemain-pemain lama dalam bidang transportasi ini dalam menghadapi persaingan dalam perjalan Bandung – Jakarta sehingga kemudian X Trans dan beberap pemain besar lainnya seolah-olah dibiarkan bergerak dan membesar dengan cepat.

Pertama Analisa perubahan dan pergerakan pasar. PT. KAI dan Travel X sepertinya telat memprediksi bahwa pasar perjalan Bandung – Jakarta akan meningkat secara tajam dengan dibukanya tol cipularang. KAI misalnya, mereka dalam pengamatan saya sangat telat melakukan antisipasi bahwa preferensi orang akan mulai banyak bergeser ke arah travel untuk melakukan perjalan karena waktu yang di potong cukup banyak, alih-alih menyiapkan strategi yang cepat untuk mengantisipasi perubahan pasar ini, mereka malah membiarkan travel-travel liar mengangkuti penumpang-penumpangnya di halaman parkir mereka sendiri, saya sendiri termasuk orang yang sering menggunakan travel gelap ini untuk pulang pergi Bandung – Jakarta apabila tidak mendapatkan tiket atau telat sampai di stasiun. Perbaikan service-perbaikan service malah yang selalu digadang-gadangkan ke target marketnya, dan please deh service yang mana? Bertahun-tahun saya menggunakan jasa kereta api, saya bahkan tidak menyadari ada perubahan yang terjadi di dalamnya? TV masih sajah kadang hidup kadang mati dengan film-film yang tidak jelas, mungkin yang cukup menggembirakan saya akhir-akhir ini adalah karena selalu saja ketika saya berangkat ke jakarta pada hari selasa bangku sebelah saya kosong tidak ada penumpang lain sehingga saya dengan leluasa tidur he......he.

Jika saya jadi pemasarnya Kai mungkin untuk mengantisipasi berkurangnya penumpang kereta api secara signifikan saya akan membuka KAI Travel, biarin deh dikanibal penumpangnya tapi setidaknya masih dalam satu group yang sama. Toh dengan lokasi yang cukup strategies dan kebiasan orang pergi ke stasiun ini malah memberikan alternatif untuk memuaskan konsumen KAI, yah ndak tahu juga yah boleh nggak oleh pemerintah he.....he tapi sekali lagi, kalo travel gelap ajah boleh berkeliaran di halaman parkir KAI kenapa enggak?

Sudah sebulan ini tarif dari KAI turun cukup signifikan dari 60 ribu kelas argo ke 45 ribu, apakah ini langkah antisipatif? Yes this is what i am talking about, seharusnya mereka sudah sejak lama melakukan ini sebagai langkah dalam mengantisipasi persaingan, yah saya tidak bicara apakah ini jalan terbaik tapi setidaknya inilah tindakan kongkrit pemasaran yang harus dilakukan dalam menyikapi persaingan yang ada, toh kemudian memang terbukti pendapatan KAI menurut salah satu koran harian di Bandung meningkat setelah penurunan tarif dan dalam beberapa minggu ini untuk jam-jam padat saya mulai kesulitan mendapatkan tiket bila langsung datang ke stasiun kereta api, bravo. Cukup kah? Tentu saja tidak KAI harus terus berpikir dari sisi mana lagi bisnis ini bisa berjalan maju.

Travel X, saya kurang bisa berkomentar sebetulnya karena saya pikir pasti pemasar-pemasar di dalamnya memiliki sense of marketing yang cukup tinggi untuk dapat membaca pergerakan pasar yang terjadi sejak tol cipularang di buka tentunya, namun sedikitnya trip perjalan yang dilakukan arah bandung jakarta dan sebaliknya setikdanya memberikan saya gambaran bahwa mereka tidak cukup mampu menghadapi X Trans sebagai pemain baru, setiap jumat malam jika saya pulang saya bisa saksikan sendiri begitu sepinya calon penumpang yang ada di pool mereka, bandingkan dengan X Trans yang sudah ramai dengan nomor antrian yang puanjanggg. Sampai-sampai yang berangkat terkahir di malam jumat diangkut oleh bus, buset dahh.

Dengan kecermatan membaca bahwa pergerakan pasar akan mengerah pada suatu titik ketika sebuah infrastruktur baru dibuka seharusnya perusahaan sudah menyiapkan langkah-langkah antisitif dan sudah mempersiapakan strategi pemasaran yang inovatif untuk menyambut perubahaan tersebut.

Dengan perubahan pasar, prefrensi konsumen (kedua) seharusnya jelas terbaca juga akan berubah, jika dahulu orang pasrah berhenti di stasiun dan kemudian meneruskan perjalanannya menuju tempat yang dituju dengan berbagai cara, saat ini orang akan lebih cenderung memilih travel dengan titik point berhenti yang lebih dekat dengan tujuannnya. Karena itulah dengan cerdik Xtrans menggunakan strategi dengan cukup banyak point pemberhetian. Needs, wants and expectation, rasanya ini terlalu mendasar untuk dilupakan, hampir tidak ada perusahaan yang mampu sukses tanpa memperhatikan hal tersebut, yah kecuali tentunya produk Anda sangat inovatif dan produk Anda satu-satunya yang ada di pasar pada saat itu.

Apa sih yang menjadi keinginan para traveler bandung-jakarta dan sebaliknya setelah dibukanya tol cipularang? Pertama dan yang terpenting tentu sajah waktu perjalanan yang lebih cepat dari biasanya. Ini tentu tidak bisa diberikan oleh PT. KAI bila tetap mempertahankan core bisnis mereka yaitu transportasi kereta api, lain hal jika mereka mau melebarkan sayap bisnis mereka masuk pada jalur darat, dengan kompentensi dan alokasi dana yang mereka miliki rasanya KAI akan dapat mampu menjawab tantangan ini. Bagaimana dengan Travel X? Entahlah, yang pasti jika dari awal mereka bisa membaca preprensi konsumen seharusnya merekalah market leader saat ini.

Kedua adalah harga. Dengan strategi harga yang lebih murah dari KAI sebelum kemudian dua atau tiga bulan lalu KAI merevisi harganya dengan perbedaan yang cukup signifikan dengan travel-travel yang ada, travel-travel yang ada jelas panen konsumen, waktu lebih cepat, harga lebih murah jelas merupakan differensiasi yang cukup sulit dihadapi oleh KAI, yah untunglah kembali seperti diatas KAI kemudian melakukan penurunan harga yang cukup signifikan sehingga penumpangnya kembali meningkat cukup signifikan. Jika hal ini bisa dipertahankan rasanya pertumbuhan yang ada di KAI saat ini akan bisa tumbuh stabil karena rasanya mau tidak mau travel-travel yang ada pasti akan menaikan tarifnya seiring dengan kenaikan BBM yang juga mungkin akan diikuti dengan kenaikan biaya komponen suku cadang, biaya gaji pegawai, tarif tol dan sebagainya.

Ketiga adalah jumlah keberangkatan. Ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam bisnis perjalanan karena berhubungan langsung dengan waktu yang ingin dicapai seseorang kesuatu tempat. X Trans mempu menawarkan keberangkatan setiap setengah jam mulai dari jam 4 subuh pagi sampai jam 10 malam, sesuatu yang tidak akan mampu dilakukan oleh KAI maupun travel lainnya, X Trans menurut saya cukup cerdik dengan mengangkat differensiasi ini karena dengan begitu sebagai konsumen kita bisa dengan fleksibel dalam mengatur jadwal keberangkatannya dan tidak perlu khawatir terlambat karena setiap setengah jam ada berangkat. Menurut pengamatan saya inilah salah satu point penting keberhasilan X Trans menjadi pemain yang cukup disegani dalam bidang tranportasi darat Bandung – Jakarta dan sebaliknya, memang tidak terlalu sulit ditiru namun secara posisitioning merekalah yang pertama sehingga akan sulit bagi pemain lain untuk masuk ke dalam benak konsumen memalui point ini. Karena itulah menurut saya yang harus dilakukan KAI adalah fokus pada pelayanan dan harga yang lebih rendah, dengan begitu segmen market yang ada tetap dapat dijaga sesuai dengan objective dari KAI, kembali lagi lain cerita nih kalo mereka mau masuk ke bisnis travel juga.

Keempat, titik pemberhentian. Ini juga sepertinya jika diperhatikan memberikan peran yang sangat penting dipilih atau tidaknya sebuah travel, semakin banyak titik pemberhentian, akan memberikan banyak pilihan bagi kita traveler untuk semakin dekat dengan tempat tujuan kita tentunya. Sebagai pebisnis yang berkantor di sekitar sudirman, dengan menggunakan X Trans jurusan blora tentu akan menghemat waktu dan ongkos taxi yang cukup banyak daripada saat harus berhenti di stasiun gambir misalnya, karena itulah masalah titik pemberhentian ini juga menjadi point minus bagi KAI dalam melayani penumpangnya.

Dari keempat hal penting diatas hanya strategi harga yang paling realistis dipilih oleh KAI untuk menghadapi persaingan yang ada saat ini khususnya di jalur jakarta – bandung, jadi keputusan untuk menurunkan harga dengan cukup signifikan rasanya sudah sangat tepat. Namun kemudian jangan perpuas dengan strategi ini sajah tentunya, karena harga inipun masih bisa disaingi oleh armada yang lebih besar lagi seperti Bus dan travel dengan harga murah seperti Baraya jika tidak salah, karena itulah ada baiknya sesudah menurunkan harga KAI harus meningkatkan servicenya lebih baik lagi, misalnya dengan semakin tingginya traveler business yang menggunakan laptop, KAI misalnya bisa memodifikasi meja makannya menjadi meja untuk laptop dan juga menyediakan fasilitas wireless sehingga waktu perjalanan bisa dimanfaatkan untuk melakukan pekerjaan ataupun mengisi waktu yang cukup lama untuk sampai di stasiun tentunya. Atau KAI bisa menyediakan televisi yang cukup besar (sekarang sih lumayan sudah pake LG kalo ga salah yah) dengan film yang pilih oleh penumpangnya lewat poting khan ataupun apalah sehingga konsumenpun bisa mendapatkan experience yang lebih dengan naik kereta api, ga mungkin nih dilakukan di mobil travel, sempit boo.

Setelah membaca perubahan pasar, mengetahui dan mendalami needs, wants adn expectationnya konsumen hal yang kemudian harus dilakukan adalah manyusun marketing strategy perusahaan untuk menghadapi perubahan yang ada dan memenuhi apa yang menjadi harapan dari konsumen tentunya, ah terlalu panjang tentunya jika harus dibahas satu per satu, beberapa bagian seperti harga, segementasi pasar sudah disinggun sedikit diatas, intinya jangan telat dalam membaca perubahan pasar dan berikutnya jangan lambat dalam menyusun dan mengeksekusi strategi yang sudah dibuat sehingga pasar yang demikian menggiurkannya akan hilang di mata di makan oleh pesaing. Haa sudah cukup panjang rasanya pembahasan ini, semoga bisa dipetik pelajaran dari tulisan sederhana ini.

No comments: