May 31, 2010

Jadikan Brand “Manusia” Dalam Social Media

Entah kenapa akhir-akhir ini saya agak senang menulis mengenai dunia online, mungkin demikian edannya perkembangannya sehingga banyak sekali orang yang membahas dunia online ini termasuk saya haha (follower banget sih gua), it’s ok lah yang penting bisa corat coret brand dan marketing serta sharing buat yg mau membacanya.

Malam ini kebetulan baca status teman yang menjadi fans sebuah brand, tertarik dengan hal tersebut (yah saya selalu saja tertarik untuk menjadi fans brand local maupun international yang kebetulan saya lihat untuk bisa dipelajari aktivitas apa saja yang mereka lakukan di facebook melalui fans page ini) kemudian bisa di tebak langsung saya buka halamannya.


Wow friendsnya sudah cukup banyak jika diperhatikan, lebih dari 40 ribu fans yang bergabung di dalamnya, dan rata-rata cukup aktif bertanya d, nah di sini saya baru merasa ada kejanggalan, ini orang-orang pada banyak yang tanya dan ingin berdikusi yang empunya brandnya mana yah? Ko ga ada jawaban dan diskusi, baru setelah 3 kiriman terdahulu, lusa kalo ga salah ada beberapa komen “seadanya” dari yang punya brand dengan bahasa yang “please deh" kita ini teman atau apa sih, kok kesannya bahasanya high banget”, hmmm.

Saya jadi bertanya-tanya, untuk apa sih sebuah brand bergabung di social media? Promosi? Atau ingin menjadi bagian sebuah komunitas social dan bersoasilisasi di dalamnya?

Jika jawaban yang pertama apa yang dilakukan brand tersebut tentu sudah benar, cari fans sebanyak mungkin melalui multi channel online, tawarkan berbagai macam hadiah dan program sehingga orang tidak akan ragu untuk bergabung menjadi fans dan selamat, tinggal bikin promosi, bisa sekedar status promo atau bisa yang lebih advance buat program berhadiah yang bisa melibatkan banyak orang dalam komunitas.


Nah bagaimana dengan menjadi bagian sebuah komunitas social? Saya tidak mau ekstrim dengan mengatakan siapkan SDM 24 jam untuk menjadi “manusia” bagi brand tersebut sehingga ketika diajak berbicara oleh temannya jika mau dibilang komunitasnya maka dia akan berbicara layaknya seorang teman.

Apa jadinya jika dari 40 ribu orang yang menjadi fans katakanlah, 10 persennya saja mengajak brand tersebut berdialog? Apakah harus dijawab semua? Yah saya kembalikan saja kepada kita semua, bagaimana rasanya jika bertanya dan ingin berbicara (baik itu sekedar Tanya, curhat dsb) kemudian kita di cuekin dan tidak dibalas?

Yah itulah resiko ketikan kita masuk ke dalam social media, konsekwensinya adalah brand tersebut siap sharing, melakukan conversation (dua arah) sehingga brand terebut betul-betul menjadi bagian dari social media tersebut dan menjadi bagian hidup dan teman fansnya. Ingat yang ada di dalam social media tersebut adalah manusia, maka jadikan lah brand anda manusia, bukan mesin atau tools.

No comments: