Jul 3, 2012

Ying Yang Business


Pesta perhelatan EURO 2012 akhirnya berakhir dengan hasil akhir yang menakjubkan bagi sang Juara Spanyol, dengan melibas raksasa Eropa Itali dengan skor telak 4-0. Kecanggihan metode tika-tiki yang diracik dengan strategi handal dari pelatih berpengalaman Del Bosque membuat permainan Spanyol menjadi sangat komplit dan berimbang antara permainan Lini depan, tengah dan belakang seolah memainkan sebuah simphoni yang mengalir begitu indah dan mematikan, kalau orang Cna bilang keseimbangan ini seperti Ying dan Yang dalam film-film persilatan yang dulu sering saya tonton. 

Seperti halnya sepak bola maupun silat dalam sebuah bisnis keseimbangan antara satu bagian dengan bagian lain adalah kunci agar performa terbaik dapat dicapai dengan lebih optimal. Yin Yang bisnis merupakan keseimbangan yang harus dipahami oleh para pelaku bisnis, sehingga kita tidak terjebak dalam stream yang berat sebelah yang kedepannya akan membuat bisnis kita menjadi pincang.

1. Agresif Marketing dan Analisis Keuangan
Kalau kita bicara 2 hal ini, sering kali dalam kenyataan bisnis merupakan fenomena Anjing dan Kucing, gak pernah akur, berantem melulu. Dari divisi marketing pengennya agresif, tebar peluang yang banyak dengan berbagai promosi, gimmic, event dan berbagai aktivitas yang bertujuan mendekatkan dan menebar pesona  mereka ke konsumen dengan dalih pencapaian target. Kalau orang keuangan bilang, biaya udah gede ga ada budget marketing lagi, perusahaan lagi menerapkan kebijakan efisiensi. Nah lho kalau sudah begini pihak mana yang harus dimenangkan.

Sebenarnya keduanya ga ada yang salah, toh memang itu jobdesk mereka. Sekarang tinggal kita sinkronkan saja kepentingan dari kedua belah pihak, dengan cara menyusun rencana marketing efektif yang terukur secara cost rasio serta goal yang jelas bagi perusahaan. Efisien itu salah satu tujuan perusahaan tapi tidak dengan serta merta mematikan aktivitas marketing yang dapat berdampak meningkatkan omset total, tapi juga tim marketing juga harus lebih cerdas dalam membuat sebuah perencanaan pemasaran dengan dasar analisi pasar yang lengkap dan jelas, sehingga dampak dari setiap aktivitas yang dilakukan dapat diukur dengan tepat, jangan selalu aja alasannya buat buka peluang yang besar, pas giliran ditanya hitungan pertanggung jawaban dari setiap aktivitas jawabannya ini tujuannya jangka panjang, di satu sisi sih memang benar tapi kalau jangka waktunya kepanjangan perusahaan udah keburu bangkrut bos.

2. Karyawan Agresif dan Karyawan Tidak Agresif
Secara umum setiap perusahan selalu menginginkan setiap karyawannya itu agresif dan inovatif. Tapi apa benar kalau setiap orang di sebuah perusahaan agresif akan menjamin keberlangsungan perusahaan menjadi sangat baik. Jawabannya adalah tidak, dalam jalannya sebuah usaha antara kebutuhan akan agresif dan tidak agresif harus berimbang. Bayangkan, jika setiap orang dari mulai OB, Keuangan, HRD, operasional dan Marketing agresif maka perusahaan akan sangat penuh dengan orang-orang kritis yang saling mendominasi dan ujung-ujungnya akan sangat banyak konflik di dalam perusahaan dan ini pastinya akan menciptakan kondisi yang tidak produktif.

Perusahaan butuh karyawan yang agresif tentunya dengan tujuan agar laju pergerakan bisnis dapat melaju dengan cepat dan berdinamika, tapi di sisi lain karyawan tidak agresif pun dibutuhkan tujuannya tentunya sebagai fungsi rem. Sehingga ketika perusahaan ngebut dengan kecepatan 200Km/Jam dan tiba-tiba ada bahaya di depan ada bagian yang bisa mengamankan dengan mengerem sehingga keseimbangan dalam sebuah organisasi bisa terjaga dengan baik.

3. Target dan Motivasi
Setiap perusahaan menerapkan target yang tinggi bagi karyawannya dengan tujuan melakukan Push untuk setiap bagian agar dapat menjalankan pekerjaannya dengan goal yang jelas, dengan metode ini karyawan secara langsung diarahkan untuk bekerja dengan standar yang diinginkan oleh perusahaan. Metode seperti ini memang terbukti cukup efektif diterapkan di banyak perusahaan, tetapi terkadang karyawan menjadi sangat stress dengan kebijakan ini, karena tekanan yang begitu besar bahkan bisa berakibat terjadinya demotivasi dari karyawan bersangkutan. Oleh karena itu kebijakan seperti ini harus diimbangi dengan berbagai kegiatan yang bertujuan memberikan motivasi yang terarah dari pimpinan-pimpinan perusahaan. Yang tujuannya bukan push tapi pull, sehingga karyawan dapat bekerja bukan semata-mata karena “sebuah paksaan” tetapi memang adanya keinginan dari diri mereka sendiri untuk berkembang dan memberikan yang terbaik bagi perusahaan tempat mereka bekerja.

Sebuah bisnis memerlukan dinamika, tidak harus selalu lurus dan statis, karena dinamika inilah yang membuat bisnis menjadi terus belajar dan kemudian tumbuh menjadi lebih kuat. Pagar dari dinamika ini adalah prinsip keseimbangan yang dijadikan pijakan dan acuan bagi para pemimpin bisnis. Semoga artikel ini dapat menjadi pengingat bagi para Pemimpin Binsis dalam menemukan keseimbangannya.

No comments: