Jun 21, 2018

5 Strategi Memenangkan Pasar

Obrolan di sebuah coffee shop di bali malam ini cukup seru buat saya, pertama coffee shop tempat kita ngobrol kedua tentu saja bisnis coffee shop yang sedang menjamur saat ini.

"Iya nih di Bali kayaknya tiap bulan ada ajah coffee shop baru muncul dengan berbagai hal baru maupun yang begitu-begitu ajah sih" 

Hmm ini ga jauh beda sih kayaknya seperti Bandung or Jakarta, coffee shop tumbuh dengan pesat di dua kota ini juga, sepertinya klo di instagram ada ajah tiap bulan muncul coffee shop baru dengan berbagai hal baru maupun standart yang ditawarkan mulai dari design keren, variant coffee yang sangat variatif yang mungkin istilah beberapa pemain kopi "mencederai" dunia kopi dengan menambahkan variant2 yang bikin geleng-geleng seperti Chesee, buah, ato bahkan coffee shop jualan Indomie, beans-beans dari belahan dunia lain, specialty beans, jualan bakery sampe bekicot (haha becanda) kalo perlu, barista juara, Baristanya ganteng-ganteng dan cantik, punya mesin super mahal, interior super mewah bahkan baru punya 1 outlet sudah ada pajangan mesin roasting merek Probat.

Jadi ujungnya semua mirip2 yah? Yah jawab sendiri lah, sudah sering kan ke coffee shop tentunya, bener ga mirip2? Klo iya kenapa ada yang rame dan ada yg sepi? Faktor mana yang paling punya pengaruh sehingga bisa seperti itu? "Itu si A pake mesin Lamarzocco 3 group, custom design tapi kok sepi yah", "Itu si B, edun designnya keren banget, pake designer kayanya, tapi kok sepi yah, ramean yg cuman suasana ala seadanya, kursi kayu dan tempatnya nyempil lagi ga keliatan dari jalan"

Jadi apa yang membuat satu brand bisa lebih laku daripada brand yg lain? Tau ga? Enggak, sama saya juga ga tau haha. Seriusan ini karena tiap brand yang laku mungkin konsumennya punya "reason to buy" yang berbeda dari brand lainnya, punya "brand value" yg mungkin tidak tampak secara kasat mata yg perlu dikaji dan dicari insightnya sehingga mungkin kita bisa memperkirakan "why" nya konsumen terus datang dan membeli di coffeeshop tersebut.

Salah satu contoh coffeeshop di bali yg sudah cukup lama ada, dari dulu biasa-biasa ajah sih, but beberapa bulan ke belakang ini brandnya cukup menjadi perhatian, sering dibicarakan orang, di post di instagram, dan cukup banyak pengunjun dari luar bali datang untuk sekedar selfie, trial ato merasakan sendiri "ada apa" kok rame. "gara-gara apa yah?" "Life Music" ... Seriusan gitu ajah? Yap, Musik for entry kemudian tentu didorong oleh program-program yang kuat serta komunikasi yg intens sehingga kemudian "positioning terbangun" then "Simsalabim" customer berdatangan .. ini magical dari ilmu marketing hehe.

Jadi kembali lagi ke bahasan awal, bagaimana sebagai pemilik bisnis kita bisa membuat brand kita menjadi pilihan konsumen? Di sisi mana yang perlu kita bangun sehingga hal tersebut cukup kuat menjadi pertimbangan konsumen? Dari berbagai artikel yang saya baca dan saya simpulkan mungkin ada 5 hal yang bisa saya share untuk menjawab pertanyaan di atas tapi perlu saya ingatkan satu point tidak berarti berdiri sendiri dan mengabaikan point lain pun setiap point yang ingin difocuskan harus secara detail di cari insightnya langsung ke konsumen dan kompetitor kita tentunya.

1. Concept Development
Point ini focus pada pengembangan konsep coffee shop kita, misal coffee shop yang tema-teman musik 80 an, coffee shop yg focus pada edukasi-edukasi coffee secara konsisten ato coffee shop yang focus pada community facilitator. Intinya dalam pengembangan bisnisnya, untuk membuat konsumen datang dan membeli kita mengembangkan sebuah konsep yang berfocus pada "how to" bukan berfocus pada produk yang dijual "yah tentu produknya tetap harus bagus, variatif seseuai selera pasar". Ato bisa juga misalnya coffee shop yang focus pada Selfie Spot. Kembali lagi pada point ini yang dibangun adala How to Offer.

2. Product Innovation
Dalam point ini kita coba mengembangkan focus utama brand kita pada kekuatan inovasi product, baik dari sisi kualitas, variasi, harga dsb. Klaim-klaim misal "menggunakan biji kopi terbaik, termahal atau specialty", di olah dengan teknologi mutahir menjadi sangat penting untuk membangun "persepsi" konsumen bahwa kita menyajikan kopi terbaik. Atau pendekatan yang berbeda juga bisa ditempu misalnya bermain dengan berbagai variant olahan kopi yang unik dan inovatif sehingga "persepsi" konsumen kembali lagi bisa di bentuk berdasarkan kekuatan ini.

3. Communication Agressivity
Model strategi ini adalah model penguasaan benak konsumen "awarenss" secara massive dengan banyak menggunakan funnel komunikasi dan dilakukan secara massive dan konsisten sehingga target ujungnya adalah klo mikir coffee shop pasti yang terpikir pertama kali coffee shop x. Yah tentu kembali lagi bukan berarti mengabaikan sisi product dan konsep yah, kedua hal di atas tetap harus dibuat secara matang dan kuat namun kali ini ditambah dengan strategi komunikasi yang juga massive dan konsisten sehingga terjadi "penguasaan benak" konsumen oleh brand ini.

4. Cost Leadership
Anykind coffee 10 ribu, premium beans, mesin canggih, HPP cukup di 50% tidak lebih tidak kurang, bermain di volume dan number of customer. Atau bisa juga ada coffee shop yang cabangnya di mana-mana, ukuran 2 x 3 cukup, capex under 100 juta yg penting availability serta lebih banyak menggunakan strategi take away or gofood. Bisa berhasil? Yah bisa ajah jika kita mengacuh pada bisnis model ayam goren tepung misalnya yang lebih extrim malah pake gerobak, ato minuman2 di gerobak2 yang banyak menjamur saat ini.

5. Customer Intimacy
Membangun pasar dan loyalitas melalu kedekatan dengan pelanggan, nah model ini lebih mengedepankan sentuhan human dan komunikasi dalam membangun bisnisnya, di yogya or bali or klaten ada model coffee shop seperti ini di mana konsumen yang datang akrap sekali di sapah, diajak ngobrol, photo bareng bahkan ownernya tidak sungkan untuk selfie bareng, memberikan hadiah dan berbagai sentuhan "human" lainnya sehingga konsumen tidak lagi merasa dirinya object jualan tapi lebih jauh dari itu bagian "keluarga" dari coffee shop tersebut. Model seperti ini biasa sangat kuat dalam membangun loyalitas dan rekomendasi sehingga kadang or bahkan seringnya kita tau coffee shop dari banyak orang yang bercerita bukan karena coffee shop tersebut memang iklan atau ada kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh pesainnya.

Pilihan strategi yang manapun pada akhirnya punya kekuatan dan kelemahan masing-masing tentunya, di situlah tugas kita sebagai pengusaha untuk bisa terus konsisten menjadi dan meng upgrade brand kita secara konsisten sehingga strategi yang kita eksekusi bisa Works dalam membangun brand serta tentu mendatangkan bisnis yang sesuai dengan target yang kita buat.

Apa bisa hal ini digunakan di bisnis lain? Yah tentu saja, basically secara starategy mungkin garis besarnya itu-itu ajah karena ujungnya yang membuat works adalah Insight, Idea dan Eksekusi yang dilakukan secara konsisten.

Selama mengevaluasi kembali, semoga suatu saat pemain coffee shop terbesar di Indonesia adalah Brand lokal (ato udah yah, brand mana?) dan kelak juga bisa menjadi pemain dunia yang membuat bangga Indonesia. Mohon doanya semua.

Monggo yg mau share ga perlu pake izin, lgs ajah di share di manapun.

Barakallah.

Baca Popular Post Lainnya

Tingkatkan Leads dan Sales Via Affiliate Marketing
Tingkatkan Penjualan dgn Speak-Speak Dewa (SSP)
Ayam dan telor akhirnya terjawab mana duluan
Brown & Cony: Is it love?

No comments: