Apr 11, 2014

Baca nih ...... Gratis Starbucks


Dari kemarin sampai hari ini timeline socmed saya banjir, tumpah dan luber banget sama postingan jari ungu, vote, vote caleg cerdas, sampe promo pemilu. Rupanya promo di hari Pemilu sekarang sudah jadi “agenda wajib” buat beberapa brand, kalau dulu-dulu palingan hanya Starbucks saja yang saya lihat paling rajin untuk ikutan bikin promo kopi gratis di hari Pemilu, maka di Pemilu tahun ini telah diramaikan oleh banyak brand yang ikut memanfaatkan moment pemilu ini untuk promote produk. 

Sebenarnya bukan hal baru memanfaatkan moment tertentu untuk campaign promo tertentu, seperti Tahun Baru, Lebaran dan Natal, tapi yang menarik kali ini adalah bagaimana moment pemilu dimanfaat kan sebagai tema besar untuk campaign, padahal moment pemilu ini bukanlah moment 1 tahun 1 kali, tapi moment langka yang hanya terjadi  5 tahun 1 kali di Indonesia. Dikutip dari http://www.marketingweek.co.uk/analysis/essential-reads/live-in-the-moment/4006738.article, moment marketing adalah sebuah teknik campaign yang mendorong konsumen berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan brand dalam sebuah pembicaraan secara real time, tentang topik tertentu.

Strategi melibatkan konsumen seperti ini sangat terbantu sejalan dengan makin booming nya fenomena smartphone dan social media, dan hal ini sangat mungkin sekali dibuat viral dalam kondisi saat ini. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita cermati, karena moment marketing ini sebenarnya by design, bukan terjadi dengan sendiri nya

1. Planning.. planning.. planning..
Walaupun kelihatannya spontan tapi percayalah, meng create sebuah “gulungan” buzz ataupun viral butuh planning yang matang, misalnya: cerita tentang bagaimana Ellen DeGeneres yang spontan saja mengajak para bintang Hollywood melakukan selfie di perhelatan Oscar 26 Maret 2014 lalu, selidik punya selidik ternyata Samsung (brand ponsel yang digunakan Ellen untuk selfie) memang ternyata adalah salah satu sponsor dalam acara Oscar saat itu.


Apa dan bagaimana persiapan yang harus diantisipasi untuk mengcreate campaign seperti ini tentu nya cukup detail, mulai dari kebijakan dan wewenang keputusan yang harus dipastikan terdeliver ke semua front liner, persiapan produk (jika melibatkan gimmick product), sampai dengan infrastruktur yang harus dipersiapkan untuk menghandle “gelombang” akibat campaign yang dijalankan. 

2. Infrastruktur dan kesiapan di lokasi
Bikin promo yang mengarahkan konsumen untuk datang ke counter memang bukan hal sulit, tapi bagaimana kita mengatur agar konsumen yang datang jadi happy, itu adalah proses yang justru lebih menentukan, apakah campaign tersebut berhasil atau tidak. Jangan sampai pada saat konsumen datang, malah menjadi kecewa, akibatnya viral positif yang di planning malah akan menjadi bumerang menyebarkan viral negatif untuk brand kita. Maka secara infrastruktur dan kesiapan di lokasi menjadi amat sangat penting sekali.

Hal ini berlaku baik di on line maupun offline, misalnya seperti yang terjadi di Starbucks pada saat Pemilu kemarin, terjadi antrian, tapi karena Starbucks membatasi hanya pada saat pk. 12.00 – 15.00 maka tidak akan menggangu traffic yang memang sudah ada, dan suasana tetap nyaman untuk konsumen yang sudah eksisting. Jika kita create campaign secara digital, sama hal nya dengan offline, misal: kita membuka gratis pengisian token credit  untuk 1.000 subscriber pertama, tentu saja secara website dan server kita harus persiapkan agar tidak down pada saat sekitar 800-1.000 orang mengakses web ataupun apps kita dalam waktu bersamaan.

3. Sosialisasi & brief tim & frontliner
Sama hal nya dalam dunia nyata, jika kita mengratiskan produk, maka secara term & coondition, persediaan, service front liner dalam menangani kedatangan calon konsumen yang sangat banyak harus diantisipasi, misal dengan menciptakan batasan waktu/periode ataupun memberlakukan sistem antri. Penting untuk merumuskan batasan & guideline untuk tim PR dan tim front liner untuk bisa memberikan jawaban atas pertanyaan2 term & condition di lapangan, agar seragam dan tidak menimbulkan salah paham pada saat akan dilaksanakan.

4. Pemilihan media yang tepat
Sekarang jamannya digital, jadi channel promo yang paling efekktif adalah via socmed, wah.... tidak selama nya mendung itu kelabu.. hahaha.... bai kami tidak selalu media digitlal (socmed ataupun online ads) itu efektif, dan tidak selalu juga media offline (flyering,  canvassing, sales call, event, dll) tidak efektif. Semuanya bergantung pada habit media target market yang dituju, klo target yang kita tuju adalah “the influencer” mungkin lebih baik gunakan media yang very share able, seperti online media twitter atau yang sedang ngetop belakangan ini: path. Tapi misalnya target kita adalah para purchasing pabrik, maka mungkin medai yang lebih tepat digunakan adalah canvassing atau sales call. 

Popular Post:

Private Label, Lampu Kuning Pemilik Brand
The Power of Free Marketing Ala Google
Aku, Mama, Starbucks dan Pisang Sunpride
Starbucks Catering, Ngejer Setoran?



No comments: