Jun 29, 2011

Brand Influencer



Melakukan pemasaran atau pembangunan brand di online memang banyak hal yang berbeda dibandingkan dengan cara-cara pemasaran offline yang selama ini dilakukan. Salah satunya adalah perihal yang namanya influencers. Kalau di offline influencers bisa terdiri dari orang terkenal atau orang biasa yang punya pengaruh besar terhadap komunitasnya, intinya adalah mereka yang bisa membantu kita (company) membangun brand atau bahkan membantu kita menjual produk kita.

Namun di offline, cara “menggarap” influencers ini cenderung sulit, karena biasa membutuhkan biaya dan effort yang besar. Contohnya saja di tayangan infotainment sering ada testimoni dari artis yang menggunakan satu produk tertentu. Nah, artis ini berfungsi sebagai influencer yaitu orang yang mempengaruhi target market (biasanya ibu-ibu lagi yah yang mau dipengaruhi oleh ibu-ibu artis :D). Untuk memakain slot tersebut, produknya ditestimoni-kan oleh artis dan menggunakan media televisii sebagai media informasinya tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Begitu juga apabila adanya garapan terhadap influencers non-artis.

Stay Foolish, Stay Hungry



Hidup di industri kreatif itu enak enak nyebelin..hehe. Agak absurd ya kedengarannya, enak tapi kok nyebelin, tapi memang begitulah adanya. Cuma di industri ini kita bisa ke kantor pake kaos oblong, jins bolong-bolong, atau sendal jepit, malah kadang muka bantal tanpa make up pun bisa jadi pemandangan biasa. Ya, buat orang yang ngga terlalu suka dengan batasan-batasan atau aturan, industri inilah yang musti dijajal. Kita sebut sajalah pelaku-pelaku umum dari industri kreatif ini, yaitu orang-orang agency, desainer, dan para marketer.

Kerjaannya pun bisa dibilang ngga ada batasan, dalam arti kita bebas berimajinasi dan menciptakan output sehebat-hebatnya. Mungkin Anda sering dengar “think out of the box”, ya inilah salah satu istilah umum di dunia kreatif, yaitu bagaimana para pelakunya bisa berpikir sesuatu yang outstanding, sesuatu yang tidak terpikirkan banyak orang tapi bisa memberikan efek positif terhadap pencitraan brand atau produk yang ditawarkannya. Kita bisa lihat ini semua dalam iklan dan juga packaging bermacam brand yang sering kita temukan di super market. Iklan maupun packaging yang bagus bukan cuma dinilai secara visual saja, tapi lebih jauh lagi yaitu mengundang orang untuk membeli brand atau produk tersebut. Itulah yang jadi tugas berat para pelaku di industri kreatif ini.

Jun 26, 2011

Wani Piroo?

Nah  khusus tulisan ini, tidak seperti biasanya saya tidak mencantumkan gambar/ image di beberapa paragraf awal, mengapa? Karena saya ini bertanya kepada semua pembaca, begitu melihat judul di atas kebayang ga iklannya? kalo kebayang ok, lanjut kepertanyaan ke dua, Iklan apa coba? *silahkan berpikir beberapa saat hehe*

Saya bener-bener tergelitik untuk menulis topic ini walaupun bukan seorang pakar iklan, yah setidaknya saya ingin membagikan pemikiran dan pengalaman saya mengenai topic ini. Dimulai beberapa waktu yang lalu, saya, sahabar saya dan adit saya sedang berkendaraan bersama, pada suatu pembahasan yang saya lupa sedang membahasa apa tiba-tiba saya nyeletuk “Wani Piroo?”. Entah kenapa kata-kata iklan ini begitu lekat diingatan saya dan pada saat itu juga kami semua tertawa mendengar celetukan saya tersebut.

Jun 23, 2011

Corporate Value, Kumpulan Kata Kosong atau Kata Penuh Makna?



Masih hangat dalam pikiran saya saat awal-awal saya masuk perusahaan yang sekarang, saat kantor kami dapat klien baru. Sebuah perusahaan berskala internasional . Diantara semua pekerjaan yang kami tangani dari klien baru ini, ada satu hal yang sangat menarik sekaligus baru bagi saya, yaitu corporate values. Sudah sejak lama perusahaan ini memiliki corporate values, tapi kemudian sang owner ingin mengupgrade kembali nilai-nilai perusahaannya. Dari situ muncullah pertanyaan di benak saya, sebetulnya buat apa sih corporate values ini? Bukankah nilai ini cuma sekumpulan kata-kata yang diberi makna sesuai visi dan misi perusahaan (owner)?!

Untuk lebih gampangnya, coba ingat-ingat perusahaan-perusahaan yang sudah mendunia, yang statusnya bukan sekadar market leader tapi sudah jadi top of mind, sebut saja Sony, Apple, Disney, Toyota, McD, dan lain sebagainya. Pernah membayangkan berapa nilai keberadaan brand ini? Tak perlu diukur dengan angka, bayangkan saja dunia ini tanpa tayangan kartun-kartun dari Disney, gadget/ alat elektronik dari Sony, atau tanpa makanan cepat saji semacam McD.

Jun 22, 2011

DeMarketing, Ketika Marketing Menjadi "Evil"



Salah satu cara saya dan teman-teman untuk selalu ter-re-charge isi kepalanya adalah dengan seringkali bertemu dan berdiskusi dengan pendahulu-pendahulu kami di bidang pemasaran tapi kemarin adalah momen yang spesial karena saya bisa bertemu lagi dengan coach marketing saya pak Godo Tjahjono yang 1 tahun terakhir berada di Australia.

Yang menarik dari apa yang kami obrolkan kemarin adalah tren marketing yang berkembang di Indonesia saat ini, di mana seringkali para business owner, para pemasar atau pengelola merk seringkali terjebak dengan apa yang disebut dengan atribut. Hal-hal yang bercirikan kehebohan atau short-term hit activities seringkali sudah diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berhasil. Padahal jika mau dilihat lebih dalam aktivitas pemasaran terkait berbagai aspek yang menyeluruh hingga ke aspek keuangan, termasuk di dalamnya apakah merk yang kita kelola memiliki feasibility untuk sustain dalam jangka waktu yang lama.

Jun 20, 2011

Community, Conversation, Consistency, Cuan (4C)



“Gile, kemaren pas nganter anak gua ke sekolah, temen-temennya udah pada pake I Pad buat mainan sambil nunggu jam sekolah masuk, alhasil siangnya anak gue ngerengek minta dibeliin I Pad kayak temen-temen di sekolahnya. Pas gua Tanya buat apa, jawabannya, keren aja bisa dipake maen dan internetan.”

Cerita lain dari rekan saya, yaitu saudaranya yang berusia 17 tahun sudah bisa menjalankan bisnis jual beli kaos lewat facebook yang saat dari bisnis onlinenya sudah bisa meraup keuntungan 20 juta/bulannya. Wow untuk anak muda seuisa itu !!!

Resegmentation



Baru saja mengunjungi KFC di Jl. Merdeka seberang BIP, kembali mengenang kejayaan dari gedung tersebut yang dulunya adalah Bank Danamon yang besar, kemudian di sebelahnya masih dikomplek yang sama ada Dunkin Donuts yang nampak seperti fosil, tapi dulu terdiri dari 3 lantai dan menjadi salah satu pusat nongkrong warga Bandung.. wah koq bisa ya sekarang udah seperti sepi pengunjung, namun menurut informasi warga Bandung.. hal ini terjadi saat McD membuka gerainya di BIP, maka orang-orang berpindah tongkrongan dari Dunkin Donuts ke McD yang memang sangat populer di masa itu, dan menjadi McD paling ramai sekota Bandung yaitu di Bandung Indah Plaza.

Namun kerumunan tongkrongan orang jelas terlihat berpindah, saat McD selama beberapa waktu tutup dan digantikan oleh Tony Jack’s, sebuah gerai fast food yang hadir berlambang bajak laut dan beridentitas warna hitam itu. Sepertinya KFC yang memang dari beberapa tahun terakhir cukup agresif dalam mengemballikan kedudukan market leader nya dengan sigap memanfaatkan kondisi kurang populernya Tony Jack’s tersebut. KFC membuka restoran yangsangat besar di gedung bekas Bank Danamon tersebut, dan menjadikannya pusat tongkrongan yang berlangsung hingga sekarang.

Jun 17, 2011

Orang sales harus baca ini. Personal Branding (Part 2)

Di artikel sebelumnya telah disampaikan bahwa setiap orang Sales perlu atau bahkan wajib! Membangun Personal Branding mereka. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana caranya?

Model POCI di bawah ini dapat menjawab pertanyaan Anda dan membimbing Anda membangun Personal Branding yang dapat bermanfaat dalam pencapaian hasil Sales Anda.



Elemen yang pertama P, adalah passion!
Sebelum Anda membangun Personal Branding Anda, Anda perlu menemukan sebenarnya Passion Anda dimana, apakah sudah sejalan dengan profesi yang saat ini Anda bangun. Berhubungan dengan elemen ke 3 yaitu Consistency, jika hal yang akan bangun tidak sesuai dengan Passion Anda, maka Anda akan sulit memenuhi Consistency pada akhirnya. Karena saat Anda melakukan semua proses dengan terpaksa, juga akan mempengaruhi hasil output yang Anda kerjakan.

Jun 16, 2011

Simon Says = Mother Says


Masih ingat dengan permainan simon says? Simons say adalah jenis permainan asal Inggris yang menguji tingkat konsentrasi kita. Terdiri dari 3 orang atau lebih dan ada 1 orang yang ditunjuk sebagai simon. Jika simon says lompat, maka yang lainnya harus melompat hingga simon memberika aba – aba yang baru. Hati – hati dengan aba – aba yang dikeluarkannya. Jika simon hanya mengucapkan duduk (tanpa ada kata simon say didepannya) maka anggota jangan duduk. Permainan yang mudah tapi membutuhkan konsentrasi terhadap apa yang dikatakan oleh ketua. Usut punya usut nama simon itu berasal dari Ibrani yang artinya adalah yang mendengar.

Berdasarkan dari permainan ini menunjukkan kepada kita bahwa betapa sosok seorang bernama simon itu selalu didengar dan ditaati perintahnya (tidak hanya dalam sebuah permainan tetapi terdapat kisah nabi di kitab agama).

Dalam kehidupan sehari – hari sosok simon kerap kali kita temui dirumah, yaitu ibu. Jika ibu sudah mengatakan A maka seluruh keluarga akan menjalankan A. walaupun dalam keluarga ada istilah Kepala Keluarga (Ayah) kenyataannya adalah yang mengurus segala keperluan rumah tangga itu adalah ibu. Mulai dari tata letak perabotan dirumah, pemilihan warna tembok, hingga keputusan untuk sudah waktunya membeli barang baru.

Nah, hal ini dijadikan alat bagi brand – brand yang peka untuk memasarkan produknya.

Logo oh Logo



Bicara soal logo, logo apa yang ada di pikiran Anda saat ini? Nah, lalu kenapa ya bisa logo itu yang kepikiran? Apakah karena Anda pengguna brand tersebut? Apakah sekadar bagus? Atau karena kebetulan logo ini ada di sekitar dalam jarak pandang Anda? Yang mana pun itu, sah-sah saja menilai sebuah logo dari bagus/tidak, apalagi bagi orang awam karena memang pada dasarnya logo adalah tentang visual/ apa yang terlihat.

Tapi jauh dibalik itu ada banyak hal tentang sebuah logo bagi sebuah brand. Kita bisa mulai dari identitas. Logo merupakan salah satu identitas sebuah brand, lebih tepatnya, identitas visual. Sebagai sebuah elemen visual, logo yang baik tentu harus gampang diingat. Sebuah visual yang saat kita menyebutkan namanya pun terbayang logonya. Seperti kalau saya sebut Nike, Adidas, Apple, Windows, Blackberry, dan yang lainnya.

Jun 14, 2011

Ogilvy Ajah Setuju



“Penjualan bulan ini lumayan naik cukup tinggi!!! biasanya weekdays diangka 4 jutaan sekarang udah 6 juta. Week end biasanya 9 jutaan sekarang bisa sampai 16 juta. Ini terjadi semenjak kita rubah bahasa komunikasinya, dengan media promosi yang sama angka penjualan meningkat dengan dahsyat” begitulah salah satu komentar sahabat saya dalam sebuah kesempatan ngobrol-ngobrol di coffee shop.

Hasil luar biasa dari usaha sebuah bisnis yang sudah hamper menyerah. Hampir seluruh upaya komunikasi sudah dilakukan; pembagian voucher, iklan koran, flyering, sms blast,sponsorship sampai dengan direct selling. Akhirnya karena serangkaian kalimat, sim salabim semuanya mulai bergerak menjadi trend positif.

Sebenarnya kalimat apa sih yang begitu mustajab sehingga membuat penjualan begitu melonjak? Sederhana, merubah promo buy one hour get one hour menjadi promo undian gratis satu tahun yang diundi setiap bulan* (dibatasi 1jam penggunaan jasa setiap hari selama satu tahun). Effort sama dari brand tetapi dikemas dengan bahasa yang berbeda!!

Orang sales harus baca ini. Personal Branding (Part1)!


Bagi orang sales, terutama pada produk-produk seperti asuransi, properti ataupun saham, sepertinya sudah menjadi satu rahasia umum bahwa mereka dikejar target setiap bulannya untuk mendapatkan konsumen.

Begitu banyak cara yang dilakukan, dari mulai mencari prospek melalui kenalan, mengadakan pameran, menjaring database, sales call ataupun sekarang ini banyak yang sudah menggunakan media online untuk mendapatkan konsumen, lagi-lagi untuk mengejar target dan tentu saja bonus 

Nah satu hal yang perlu kita tanyakan pada diri sendiri sebagai orang sales, apakah kita sudah membangun yang namanya Personal Branding?

Nah lho?! Apa pentingnya ya? Ngapain bangun personal branding, tempat kerja gw kurang terkenal apa, kalo sebut semua juga udah pasti tau (pasti tau trus kabur ga ya?! :D karena tau loe mau jualan :D :D)

Yah begitulah seringkali mindset dari para orang sales, sebagian besar dari kita merasa sudah cukup dengan membawa nama perusahaan, karena perusahaan sudah begitu terkenal atau menjadi no. 1 di industrinya. Dan merasa bahwa semua orang dapat percaya dan mau menjadi konsumen hanya karena brand perusahaan Anda. Nah, itu kalau brand perusahaan tempat Anda bekerja terkenal, kalau tidak? Wah lebih banyak lagi dong barrier nya?!

Membangun Personal Branding sebagai seorang Sales sangat penting. Berikut merupakan alasan mengapa Anda perlu membangun Personal Branding :

Jun 12, 2011

Word Of Mouth Marketing (5T + 1T)



Sepertinya basih banget yah nulis artikel soal peti mati ini, semua orang membahasnya, sudah dua blog setidaknya yang saya baca menulis soal peti mati ini dari sudut pandang strategi (udah 10 lebih blogger yang menulis katanya dari yang saya baca di komen salah satu Group di facebook). Saya tidak mau terlibat pembahasan setuju atau tidak setuju dengan strategi peti mati ini, secara pribadi jika ditanya apakah saya setuju dengan tegas saya jawab NO. jujur saya tidak setuju bentuk kreatifitas seperti ini (bahkan saya masih sangsi apakah ini layak disebut kreatif) but buat saya ini bukan sebuah bahasan yang menarik "setuju atau tidak setuju" lagi pula sudah banyak yang ngebahasnya hehe.

Ada point penting yang lebih menarik untuk dibahas yang sangat berguna bagi banyak pelaku bisnis dari keheboan peti mati minggu lalu, yaitu WOMM dan bagaimana sih langkah-langkah untuk menciptakan WOMM ini. (nah ini buat saya jauh lebih menarik untuk didiskusikan hehe).

Saya ambil sedikit cerita beberapa bulan ke belakang.


Jun 10, 2011

Doni dan Budi, Kok Bisa Jelek yah Salesnya?



Doni “Bud Produkmu enak  namanya brandnya juga unik kayaknya oke berat ni penjualannya Bro!!”

Budi “Hehehe sayangnya saat ini masih kurang ok ni padahal tahu sendiri dari produk sudah oke, aku sudah melakukan riset tentang produk sebelumnya, nama dan logo kupikiri sudah cukup unik. Promosi di awal malah udah kukasih gratis tu buat promo, kalau kita bicara masalah tempat ga kurang strategis apa tempatku ini sudahnya lokasinya di pinggir jalan depan kampus pula, tapi heran kok hasilnya ga sesuai dengan bayanganku sebelumnya ya”

Mancing Besar di “Kolam” Online

Ngomong-ngomong tentang internet zaman sekarang bukan lagi ngomongin mirc, email, dan milis, yang rasanya ngga bisa lepas dari saat kita kenalan dengan internet di waktu lalu. Sekarang, semua kebutuhan kita ada di dunia online, tempat di mana orang melakukannya secara digital. Ngga perlu lagi kita repot cari alamat, karena sudah ada Google Maps; Atau mau tau tips makan sehat tanpa harus datang ke tempat praktik dokter gizi? Search aja di Google (Googling) dan bahkan bisa mention @tanyagoogle bagi yang  memiliki akun twitter.

Nah termasuk diantara kegunaan internet adalah sebagai salah satu media pemasaran. Jadi ngga heranlah kalau kiblat pemasaran sekarang sudah mulai bergeser ke arah pemasaran online/ digital. Bisa sebagai supporting tools, bisa juga sebagai tools utama pemasaran suatu brand.


Jun 7, 2011

SOYJOY Healthylicious 2



Beberapa waktu kebelakang ini saya sibuk meneror temen-teman kantor saya dengan sebuah product yaitu Soyjoy. Hampir setiap hari “promosi” lisan hehe saya jalankan untuk memperkenalkan kebiasaan makanan/ camilan sehat ini hehe. Bahkan tidak jarang dengan menggunakan sedikit “power” semua teman-teman kantor saya kumpulkan untuk sedikit mendengarkan presentasi saya mengenai SOYJOY hehe lagi.

Loh kok bisa? Apa saya dibayar oleh SOYJOY untuk ini? Tentu saja tidak, selain jujur karena manfaatnya memang baik untuk diri sendiri dan sejak dulu saya memang menyukainya, hal ini karena saya mengikuti kompetisi SOYJOY Healthylicious yang diadakan oleh SOYJOY untuk tahun ini, lumayan hitung-hitung tambah teman dan kalo sedikit beruntung bisa jalan-jalan ke Jepang (-:


Gulaku from Commodity to Brand





Di artikel kali ini spesial ada iklan sebuah produk gula, yaitu Gulaku! Dan entah Anda juga seperti saya tidak, yang setuju bahwa iklan gula ini memang begitu menyenangkan dan jadi membuat saya jatuh cinta pada brand Gulaku

Video tersebut menjadi pembuka karena pada artikel ini akan membahas mengenai bagaimana cara para brand keluar dari jenuhnya persaingan produk komoditas. Ya, seperti kita ketahui bahwa gula memang adalah bagian dari komoditas, begitu juga seperti minyak, beras, telur dan berbagai barang lainnya yang seringkali terjebak dengan persaingan harga.



Cara paling mudah mempelajari suatu strategi yang digunakan, mari kita memperhatikan satu per satu para brand yang sukses membangun brand value mereka di industri komoditi, paling tidak membuat kelompok target market yang rela membayar lebih mahal untuk membeli produk mereka, karena alasan brand


Brand dan Karya Seni

Seni adalah sesuatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Bahkan tidak sedikit dari kita yang begitu mengagumi , ikut terinspirasi dan terpengaruh oleh sebuah karya seni., bisa dari music, film, pertunjukkan,seni lukis, bahkan sebuah novel. Karya seni bias menjadi begitu inspiratif dan memberikan “feeling” dan sensasi tertentu  ketika kita menikmatinya. Tidak jarang, sebuah karya seni adalah hasil dari sebuah konsep yang matang dan ide luar biasa dari si seniman yang menciptakan karyanya.  Karya seni pun bahkan mengandung cerita dan pemikiran-pemikiran tersendiri sampai-sampai bisa mempengaruhi banyak orang baik secara lansung maupun tidak. Dan hal inilah yang dimanfaatkan dari banyak bisnis yang ingin menyampaikan pesan, idea tau konsep tertentu ke dalam sebuah brand. Beberapa karya seni  menjadi  hal yang bisa merepresentasikan atau mewakili pesan. Ide atau konsep yang ingin diusung oleh sebuah brand.


Online Multichannel Strategy yang Rendah Biaya.


Akhir-akhir ini anak muda di Indonesia sedang “diterpa gelombang” K-Pop atau Korean Pop. Melalui music, film dan fashion Korea yang sedang trend ini, banyak sekali anak muda yang ingin bergaya seperti para artis Korea. Ternyata tren  inilah yang dimanfaatkan oleh gayakorea.com dan kucing-garong.com, dalam memasarkan produk-produk fashionnya kepada laki-laki maupun perempuan  yang ingin berpenampilan seperti para selebriti Korea  yang sedang popular.

Uniknya,  alamat dari GayaKorea.com itu saya dapatkan ketika sedang berada di sebuah warung makan di Ciumbuleuit, tempat saya biasa datang membeli nasi dan lauknya hehe.. Ya, poster GayaKorea.com itu secara tidak sengaja saya perhatikan dan jumlahnya ada 4 buah poster dalam warung makan tersebut. Belum lagi tiap ada poster GayaKorea.com disebelahnya pun terpampang poster Kucing-Garong .com . Setelah beberapa hari kemudian, saya pun melihat iklan ini bukan hanya di warung makan di Ciumbuleuit,tapi juga di kampus, di warnet, tembok-tembok bahkan gardu listrik.